TNR BUKAN Penelantaran

Sebetulnya tulisan ini adalah re-post dari caption feed Instagram @jbscat yang saya post pada 20 Februari 2020 silam. Menyadari sudah lama enggak posting di blog ini dan ternyata pembahasan mengenai topik ini baiknya disimpan juga di blog, akhirnya saya post lah sekarang. Demikian.

Berikut isi captionnya:

Sebagai pelaku, penggiat, dan pendukung kegiatan TNR / Tangkap-Steril-Lepas, gak mudah untuk saya dipertemukan dengan komentar-komentar yang menyatakan bahwa tindakan TNR itu jahat dan sama saja dengan penelantaran. 😔

Kalau kaya gitu apa kabar Hannah Shaw dan orang-orang sekaliber dia yang bahkan sudah punya TNR alumni hingga ratusan? Padahal nyawa yang mereka selamatin lebih banyak daripada kalian yang cuma bisa ketak ketik keyboard warrior doang lagak sok peduli. Ah, tuh kan jadi emosi.

Kegiatan TNR berhubungan erat dengan kampanye rescue, foster, adopt-don’t-shop, serta pentingnya sterilisasi. Kamu mendukung yang satu, seharusnya sudah sepaket sama yang lainnya. Kalau kamu terjun langsung ke lapangan dan lihat apa yang kami lihat, kamu tau kenapa TNR jadi solusi.

Kamu harusnya tahu gak semua orang bisa pelihara kucing sampai 7 ekor. Bahkan seekor aja ada yang gak bisa pelihara. Gak semua rumah harus pelihara hewan betul? Daripada hewannya dikandangin 24/7 tanpa makan tanpa minum terus ditinggal keluar kota 2 minggu karena dapet adopter geblek? Kamu tahu bahwa lebih baik mencarikan rumah untuk anak kucing yang sudah diasuh dan didomestikasi karena di-rescue sejak kecil dibandingkan cari rumah untuk kucing yang sudah tumbuh besar di komplek yang hanya perlu disteril saja supaya hidupnya lebih sejahtera. Kamu tau biaya rescue gak sedikit dan kalau memaksakan cari rumah untuk semua sudah sejak 2 tahun lalu saya jual ginjal dan itu masih gak cukup karena kemungkinan sampai hari ini sebagian besar masih harus saya asuh karena belum juga dapat adopter yang oke?

Kucing liar di jalanan itu tidak ada yang peduli. Tidak punya rumah. Sudah terlantar. Kalau saya mau menelantarkan mereka, caranya gampang: dengan jadi tidak peduli. Acuh tak acuh aja sama nasib mereka. Gak perlu kasih makan, gak perlu obatin kalau sakit, gak perlu susah-susah ngesteril pas mereka sudah usia steril. Tapi justru karena kami memutuskan untuk TIDAK menelantarkan mereka, maka kucing ini kami tangkap, kami steril, dan kami kembalikan lagi ke wilayah mereka ditemukan. Kenapa? Supaya kami bisa kembali membantu teman-teman mereka yang lain.

Gitu lho, sheyeng…

One Comment Add yours

Leave a comment